Terdapat tiga calon nama pengganti Andika Perkasa, ketiganya merupakan kepala staf masing-masing unsur TNI, yakni Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI H. Yudo Margono, atau Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurrachman.
BidikNews, Jakarta - Spekulasi sosok pengganti Jenderal Andika Perkasa sebagai panglima TNI terus mengemuka. Setidaknya, ada tiga nama yang disebut-sebut mempunyai peluang untuk memegang tongkat komando panglima TNI selanjutnya, yang semuanya merupakan kepala staf angkatan.
Ketiganya yakni Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Selama menjadi Presiden, Jokowi sudah melakukan tiga kali pemilihan calon Panglima TNI. Pertama, pada Juli 2015, Jokowi memilih Jenderal Gatot Nurmantyo yang sebelumnya adalah KSAD. Gatot menggantikan Moeldoko yang memasuki masa pensiun.
Kedua, pada Desember 2017, Jokowi memilih Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI. Hadi saat itu adalah KSAU. Pemilihan saat itu dilakukan karena Hadi masih memiliki masa dinas panjang sehingga tepat untuk mempersiapkan Pemilu 2019 dan Pilkada 2020.
Ketiga, pada November 2021, Jokowi memilih Jenderal Andika yang sebelumnya adalah KSAD. Dari tiga kali memilih, Jokowi memang belum pernah menunjuk KSAL sebagai calon Panglima TNI.
Dari Tiga Jenderal itu masing-masing memilki karir mentereng di Institusi TNI. Bagaimana kisah mereka…? Berikut BidikNews melaporkan yang disadur dari berbagai sumber.
Dudung Abdurachman, Sang Jenderal yang Dikagumi
Dudung Abdurachman merupakan lulusan Akademi Militer 1988 yang mempunyai karier militer cukup gemilang. Ia pernah mengemban beberapa posisi strategis, mulai dari Gubernur Akademi Militer, Panglima Kodam Jaya, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), hingga kini KSAD.
Meski perjalanan karier militer Dudung cukup gemilang, Ia melewatinya melalui perjalanan yang tidak mudah. Ada motivasi yang membuat pria kelahiran Bandung, 16 November 1965 ini mendorongnya niatnya utnuk menjadi seorang tentara.
Ketika itu Dudung yang masih usia remaja, Ia harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebab, Ayahnya meninggal dunia saat Dudung masih SMP pada 1981.
Anak keenam dari delapan bersaudara itu harus membantu ibunya mencari uang. Dengan mengayuh sepeda, ia mengantar koran ke rumah para pelanggan sejak pukul 4 pagi.
"Sepeninggal bapak saya, ibu saya ini kan ya secara ekonomi ya namanya janda pensiunan PNS. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya jualan koran, saya nganter koran, loper koran," ucap Dudung, dalam sebuah wawancara.
sekitar pukul 08.00 usai mengantar koran, Dudung harus membantu ibunya menjajakan kue klepon di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat. Dudung juga sengaja memilih untuk bersekolah di siang hari supaya ia bisa membantu ibunya ketika itu.
Lantaran hampir setiap hari mengantar kue, Dudung akhirnya dikenal oleh tentara yang berjaga di depan pintu di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat. Terkadang Dudung kerap menyelonong masuk ke dalam ruangan.
Namun, suatu hari, ketika hendak mengantarkan kue, penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung. Mendapati Dudung yang menyelonong masuk tanpa melapor, penjaga itu pun geram. Ditendanglah kue-kue yang dibawa Dudung hingga berhamburan. Saat itulah, muncul keinginan kuat seorang Dudung untuk menjadi Tentara.
Akhirnya Kisah singkat itu telah mengantarkan Dudung menjadi seorang Jenderal TNI yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang sangat dikagumi di kesatuannya.
Yudo Margono, Anak Pertani yang Menjadi Komandan Kapal Perang
Yudo Margono Sang Komandan Kapal Perang Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965 ini banyak menghabiskan kariernya di kapal perang selepas lulus dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-33 pada 1988.
Yudo tercatat pernah menjadi Komandan KRI Pandrong-801, Komandan KRI Sutanto-877, dan Komandan KRI Ahmad Yani-351. Selepas dari kapal perang, karier Yudo kian meroket dengan mengemban posisi Komandan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tual pada 2004-2008 dan Komandan Lanal Sorong pada 2008-2010. Lalu, Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) I Belawan pada 2015-2016, Kepala Staf Komando Armada Republik Indonesia Wilayah Barat (Koarmabar) pada 2026-2017, dan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) pada 2017-2018.
Setelah itu, Yudo terus menduduki jabatan strategis di lingkunga TNI AL. Di antaranya Panglima Komando Armada I 2018-2019, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I pada 2019-2020, dan KSAL pada 2020 hingga saat ini.
Selama berdinas di TNI AL, Yudo telah mendapatkan sejumlah brevet bergengsi. Brevet tersebut meliputi brevet atas air, brevet selam TNI AL, brevet kavaleri Marinir kelas I, brevet hiu kencana, dan brevet Kopaska. Selanjutnya brevet kesehatan TNI AL, brevet tri media (Taifib), brevet PTAL (Denjaka), brevet kehormatan hidro-oseanografi, wing penerbang TNI AU, dan wing penerbal.
Menariknya, orang tua Yudo Margono hanya berprofesi sebagai Petani. Selain itu, Ia mengenyam pendidikan dasar di SDN 02 Garon dan menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Mejayan
Fadjar Prasetyo, Jenderal yang Berwajah Teduh
Fadjar Prasetyo merupakan KSAU ke-23. Ia mengemban jabatan ini sejak 20 Mei 2022 hingga kini. Fadjar merupakan jebolan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1988. Sebelum menjabat KSAU, Fadjar memegang tongkat komando Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II yang bermarkas di Semboja, Kalimantan Timur. Fadjar meniti karier militernya sebagai penerbang A-4 Skyhawk di Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin dengan callsign "Bobcat".
Setelah itu, Fadjar juga pernah diamanahkan menjadi perwira penerbang di Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma yang ketika itu mengoperasikan armada Fokker F-28 dan Boeing-707.
Selanjutnya, Fadjar juga pernah menjadi Atase Udara di Malaysia. Ringkasnya, ada beberapa jabatan strategis yang sudah ditapakinya, antara lain Direktur Pendidikan dan Latihan (Dirdiklat) Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara (Kodiklatau), Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II, dan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II.
Tercatat, Fadjar beberapa kali memimpin operasi yang sukses dijalankannya, yakni Lintas Rajawali, Latihan Jalak Sakti, dan ia mendapat predikat zero accident saat menjabat Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I.
Fadjar Prasetyo adala seorang tentara yang kini berpangkat Marsekal dinilai sebagai seorang yang selalu hadir ditengah prajurit tentara dengan tampilan wajah penuh keteduhan dan kedamaian.
Pewarta : Tim BidikNews
0 Komentar