Oleh: Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd - Jum`at, 16 November 2023
ERA kemajuan zaman saat ini cenderung memicu timbulnya stres pada jiwa yang kurang siap, banyak gejala yang muncul sebagai tragedi kemanusiaan pada banyak level, tak terkecuali dalam kehidupan keluarga. Tulisan Hikmah kali ini ingin mengingatkan kita semua bahwa di dalam keluarga itu ada saudara kandung yang menjadi ikatan kemanusiaan yang harus kita kelola dan pelihara dengan baik.
Ikatan darah antara saudara kandung sering kali dianggap sebagai ikatan yang kuat dan unik, karena sejumlah faktor yang melatarinya, mulai dari faktor genetik hingga pengalaman hidup, bahwa saudara kandung memiliki keterikatan yang mendalam disebabkan memiliki sumber mata air kasih sayang dari kedua orang tua yang sama.
Ini berarti di antara saudara kandung itu akan memiliki banyak kesamaan dan sedikit perbedaan, karena dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, mengalami perjalanan hidup bersama dan tumbuh bersama. Pengalaman bersama ini yang dapat mengukir kenangan indah terutama tentang tradisi keluarga dan ikatan emosional yang sulit dihilangkan.
Menjaga keutuhan saudara kandung sangat niscaya untuk kita lakukan, karena ikatan tersebut dapat menjadi fondasi dari kekuatan emosional dan sosial, dapat menciptakan lingkungan yang stabil, dan yang tak kalah pentingnya bahwa keharmonisan hubungan saudara kandung menjadi cermin dari keberhasilan pengasuhan orang tua.
Selain itu, memelihara hubungan baik dengan saudara kandung bukan saja menjadi kewajaran oleh karena ada ikatan darah, akan tetapi juga dalam jalinan kehidupan yang dilakoni bersama, saudara kandung menjadi saksi dari banyak momen penting.
Dalam tataran kehidupan makro misalnya, menjaga keutuhan saudara kandung memiliki dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan. Keluarga yang bersatu memberikan kontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih stabil dan harmonis. Gambaran betapa indah dan pentingnya memelihara hubungan baik dengan saudara kandung dapat kita renungkan lewat kisah hikmah berikut.
Di suatu desa ada sebuah sumur yang dianggap angker. Hal ini dikarenakan setiap kali penduduk desa ingin mengambil air, tali dan ember yang diulurkan ke dalam sumur selalu ditarik, bahkan beberapa ember terlepas dari talinya, seperti ada yang membuka simpul tali itu di dalam sumur. Sekian lama tidak diketahui penyebab dari kejadian aneh ini. Banyak penduduk desa menyimpulkan bahwa sumur itu dihuni oleh sesosok jin jahat yang suka mengganggu.
Jadi, menjaga keutuhan saudara kandung bukan hanya tentang hubungan individual, tetapi juga dapat memberikan kontribusi pada keberlanjutan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara lebih luas.
Karena air merupakan kebutuhan vital penduduk, maka tetua desa pun berkumpul bermusyawarah dan diputuskan untuk menjawab teka-teki sumur angker, harus ada seseorang yang masuk ke dalam. Tidak ada seorangpun dari penduduk desa yang berani untuk masuk ke dalam sumur karena takut, kecuali seorang pemuda. Dia bersedia dengan satu syarat, harus ada saudara kandungnya yang ikut memegang tali ketika ia masuk ke dalam.
Orang-orang bertanya, kenapa harus saudaramu? Di sini juga banyak pemuda-pemuda yang tegap lagi kuat, sementara saudaramu itu tinggalnya jauh dari desa kita ini. Pemuda itu tak bergeming, karena tidak ada orang lain yang berani masuk ke dalam sumur, mereka pun lalu menjemput saudara kandung pemuda itu.
Singkat cerita, pagi itu setelah mengikat tubuh pemuda dengan tali, si pemuda pun turun ke dalam sumur, orang-orang beramai-ramai memegang tali, termasuk disana saudara kandungnya.
Perlahan mereka menurunkan tubuh pemuda itu sehingga masuk ke dasar sumur. Semua menanti dengan hati berdebar. Ternyata si pemuda itu menemukan bahwa di dasar sumur ada sebuah batu dan atas batu itu ada seekor monyet. Inilah sumber masalahnya selama ini. Pemuda itu lalu membawa monyet itu bersamanya dan berkata, “tarik talinya !”.
Dengan segera penduduk desa menarik tali pengikat tubuh si pemuda, menjelang sampai ke permukaan sumur, si monyet yang begitu senang melihat cahaya matahari terlepas dari pegangan pemuda, memanjat sisa tali dan melompat ke luar sumur, karena kaget dengan sosok hewan ini, rasa takut yang telah mencengkeram hati penduduk desa, maka mereka yang memegang tali berhamburan berlari melepas tali itu, mereka mengira jin sudah merubah pemuda malang itu menjadi sesosok monyet, semua lari kecuali saudara kandung pemuda itu, ia tetap bertahan memegang tali dan dengan susah payah menarik tali menyelamatkan adiknya seorang diri.
Pahamlah penduduk desa, mengapa si pemuda begitu menginginkan kehadiran saudaranya. Tanpa saudaranya pemuda itu pasti sudah mati terhempas sebab mereka semua berlepas diri meninggalkannya.
Menyimak kisah hikmah di atas, sadarlah kita betapa saudara kandung begitu berharganya. Pantaslah Tuhan begitu tegas menyatakan keberpihakannya terhadap dua hambanya yang bersaudara sebagaimana firman-Nya di surah al Qashash ayat 36 “Qāla sanasyuddu ‘aḍudaka bi`akhīka wa naj’alu lakumā sulṭānan fa lā yaṣilụna ilaikumā bi`āyātinā, antumā wa manittaba’akumal-gālibụn”. Terjemahannya: Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.
Jadi, menjaga keutuhan saudara kandung bukan hanya tentang hubungan individual, tetapi juga dapat memberikan kontribusi pada keberlanjutan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara lebih luas. Orang bijak bahkan menguntai kalimat indah bahwa mengelola hubungan saudara kandung itu seperti menjaga bunga-bunga indah dalam kebun kehidupan. Dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, hubungan ini akan terus berkembang dan memberikan warna yang indah dalam perjalanan hidup kita.
Sebaliknya tidak peduli terhadap keutuhan saudara kandung dapat memicu perpecahan antara saudara yang dapat merugikan pada banyak tingkatan, mulai dari tingkat personal hingga berdampak pada lingkungan keluarga secara keseluruhan—khususnya kerugian sosial, di mana lingkungan keluarga yang pecah bisa mengakibatkan isolasi sosial bagi anggota keluarga yang terlibat, dan tentunya akan berujung pada kehilangan dukungan sosial yang biasanya ditemukan dalam hubungan keluarga yang sehat. Ingatlah, bahwa ketika retakan muncul di antara hubungan saudara kandung, itu seperti lukisan indah yang tiba-tiba rusak oleh goresan kasar, sehingga keindahan yang seharusnya terpancar menjadi memudar dan tak memiliki nilai estetik.
Sebagai catatan akhir dari Kolom Hikmah ini, beruntunglah bagi siapa saja yang memiliki saudara kandung, maka jagalah keutuhannya, rekatkanlah hubungan emosional dan sosial diantara saudara kandung.
Ingatlah bahwa Tuhan memasukkan saudara kandung itu dalam diksi “ahli” yang harus diperjuangkan untuk bersama-sama seayun selangkah terhindar jauh dari neraka, Qu anfusakum wa ahlikum nara adalah penggalan ayat al-Qur’an dalam surat at-Tahrim ayat 6. Dan salah satu caranya tidak ada lain kecuali dengan menjaga keutuhan persaudaraan dari segala yang memiliki kecenderungan membuatnya retak.
Penulis adalah : Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
0 Komentar