Gambar Ilustrasi, Repro BidikNews.net
BidikNews.net,NTB - Entah siapa yang bodoh, entah siapa yang pintar. Ada tim sukses yang pergi meninggalkan Caleg yang dijagokannya karena keinginannya tak lagi terpenuhi oleh sang Caleg dan ada pula tim sukses yang terlempar karena sang Caleg belakangan baru menyadari bahwa ia telah 'digerogoti' oleh timnya sendiri.
Kasihan juga sang caleg, terkadang ia bisa dengan sabar dan tabah menghadapi tim suksesnya yang tiap bergerak isi kepalanya uang melulu. Kadangkala sang caleg waktunya terkuras untuk menjaga kebutuhan timsesnya, bukan menjaga hati para pemilihnya.
Selain alasan untuk 'menjaga suara' di suatu kawasan yang diklaim tim sukses sebagai wilayah 'kekuasaannya`, alasan lain untuk mengeluarkan duit sang caleg adalah dengan cara menyampaikan kesulitan-kesulitan pribadi.
"Bagaimana saya bisa bekerja menemui masyarakat bila tiap saat keluarga saya merengek minta duit. Apalagi sejak saya membantu Bapak, saya konsentrasikan diri saya dengan total untuk mengkampanyekan Bapak di tengah kehidupan masyarakat.” Kata salah satu timses caleg.
Demi Bapak, pekerjaan dan usaha saya tinggalkan. Saya tidak siap kalah Pak. Makanya saya 'perang' habis-habisan. Kini kontrak rumah saya habis Pak. Kemenakan saya juga mau melahirkan. Kendaraan saya juga masuk bengkel. Tapi, tenang Pak, bila urusan pribadi saya ini selesai, Insya Allah kita menang!"
hmmmmm, ini alasan klassik tim sukses yang menjadikan 'masa pemilu' adalah masa empuk mendapatkan uang dengan mudah.
Tak ayal, sejak musim pemilu yang sudah hampir mendekati hari pencobolsan, sejak itu pula segala tetek bengek urusan keuangan rumah tangganya ditanggung sang caleg.
Bahkan ada pula di antara mereka yang direntalkan mobil berbulan-bulan. Kalau disimak benar, ternyata mobil yang direntalkan sang caleg untuk dirinya itu ternyata kegunaannya lebih banyak untuk hal ihwal yang berbau pribadi ketimbang berbau sosialisasi diri sang caleg.
Bila, sang caleg menolak memenuhi kebutuhannya, biasanya tim sukses seperti ini akan menjawab: "Kalau uang tak cukup jangan maju, Pak! Ini pertempuran ini...kost politik itu mahal lho Pak!".
Bila caleg mulai kikir, mulai susah mengeluarkan duit, maka biasanya oknum yang menyebut diri sebagai tim sukses hebat itu akan “berkhianat” dan mencari mangsa baru untuk dikuras.
Tapi ada juga caleg yang cerdas menolak permintaan itu dengan kata halus yang tajam. " Pak masa kampanye itu hanya sesaat. Saya tak mau pula bila kerja pokok Bapak tertinggalkan karena mengurus saya. Nanti Bapak canggung...", jawab sang caleg.
Biasanya mendapat jawaban yang begini, si 'Timses' itu akan mundur secara teratur meninggalkan caleg itu karena ''modus” nya tak laku.
Guna menghindari peristiwa dan kisah seperti diatas, diperlukan “Tips jitu” yang bisa dilakukan jika caleng itu ingin menang tanpa harus mengeluarkan biaya yang fantastif, yakni seorang calon legislatif harus menyusun strategi yang efektif dengan menjalin koneksi dan komunikasi bersama masyarakat di wilayah daerah pemilihan (dapil) nya.
Tentu saja hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan dengan berbagai elemen, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, arisan, dan kegiatan lainnya yang dapat membangun kepercayaan dan citra positif kepada caleg.
0 Komentar