Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. ketika ceramah subuh di masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram-NTB
Taqwa adalah kualitas tingkat keimanan seseorang kepada Allah Swt, dan bulan puasa merupakan momentum penting untuk meningkatkan kualitas keimanan tersebut. Sebab tujuan utama diwajibkannya ibadah puasa kepada umat Islam tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt agar menjadi insan muttaqin.
BidikNews.net,Mataram - Hal itu disampaikan Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. ketika mengawali tausiah kepada jamaah shalat subuh berjamaah di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram, Kelurahan Pagutan Barat Kecamatan Mataram Kota Mataram Provinsi NTB pada hari ke 4 Ramadhan 1445 H, Jumat, 15 Maret 2024 M.
Bagimana mungkin dalam bulan puasa kaum muslimin tidak ingin meningkatkan ketaqwaannya kata Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. karena semua perbuatan baik dapat bernilai ibadah, bahkan lebih. Ibadah murni dilipatgandakan pahalanya. “ tuturnya.
Aktivitas biasa yang dimaksudkan untuk menjaga ibadah puasa atau menghindari hal-hal yang membatalkan puasa pun mengandung nilai kebaikan dan ibadah.” Jelas Guru Besar UIN Mataram itu.
Bagaimana mungkin umat Islam melewatkan momen Ramadhan dengan sia-sia padahal dua bulan sebelumnya, sejak bulan Rajab dan Syakban, selalu memanjatkan doa agar bisa bertemu dengan bulan puasa.”katanya.
Begitu pula doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw adalah agar bisa selamat dan sampai pada Ramadhan, agar Ramadhan mendatangi kita dan agar selamat serta diterima (mutaqabbalan) semua amal-ibadah di bulan tersebut.” Lanjutnya
Dalam penjelasannya yang penuh khidmat itu, Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. menyebutkan bahwa taqwa menjadi kata kunci bulan puasa.
Ingat Ramadhan adalah ingat kualitas taqwa, ingat agar kataqwaan tetap terjaga dengan baik dan meningkat. Dan pesan ini sesungguhnya adalah juga bagian dari pesan-pesan esensial al-Qur’an.” Katanya Wakil Direktur Pascasarjana UIN Mataram itu.
Dijelaskan Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. Bahwa Kata taqwa dan derivasinya di dalam kitab suci al-Qur’an dapat ditemukan dalam beberapa ayat dan redaksi yang berbeda. Dalam penelusuran secara random, setidaknya ada empat pola derivasi dari taqwa.
Pertama “lil muttaqin”, artinya bagi orang yang bertaqwa. Paling tidak ada 18 (delapan belas) ayat. Lil muttaqin dalam ayat-ayat tersebut merujuk kepada makna “balasan bagi orang yang bertaqwa (surga)”, “akibat baik yang diterima bagi orang yang bertaqwa”, serta “petunjuk” dan “pelajaran” bagi orang yang bertaqwa.
Kedua adalah “la’allakum tattaqun”. Setidaknya ada 5 (lima) ayat yang menjelaskan mekanisme atau cara untuk meraih status taqwa; di antaranya adalah dengan berpuasa bulan Ramadhan. Ayat-ayat yang mengandung redaksi la’allakum tattaqun tersebut menjadi petunjuk yang jelas bagaimana agar ketaqwaan dapat dicapai, yaitu melalui puasa, maupun dengan cara berpegang teguh kepada agama dan mentaati hukum-hukumnya.
Ketiga adalah “afala tattaqun”, yang setidaknya terdapat 10 (sepuluh) ayat. Ungkapan tersebut artinya “kemudian mengapa mereka tidak bertaqwa”?. Pesan ini ditujukan kepada umat yang telah datang kepada mereka para nabi dan utusan yang membawa peringatan, seruan dan dakwah kepada agama Allah Swt, serta ajakan kepada tauhid, namun mereka tetap mengabaikannya.
Dan keempat adalah perintah untuk bertaqwa “ittaqu”. Perintah tersebut ditujukan untuk manusia dan juga untuk orang-orang yang berimana. Karena sesungguhnya keimanan yang tidak disertai dengan komitmen untuk merealisasikan keimanannya adalah tidak sempurna.
Diakhir ceramah subuhnya, pada hari ke-4 Ramadhan 1445 Hijriayh, Jum`at, 15 Maret 2024 Masehi itu, Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. mengatakan bahwa Perintah bertaqwa, mendapatkan prioritas yang tinggi, sampai-sampai dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, dimanapun dan kapanpun (haustuma kunta), agar umat selalu bertaqwa, sebagaimana pesan Nabi Muhammad.
Pesan taqwa juga selalu disampaikan oleh khatib dalam setiap khutbah Jumat. Dan Ramadhan menjadi momentum penting bahwa pesan taqwa adalah pesan abadi dan substantif dalam Islam.” Tutur Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. mengahiri ceramahnya.
Pewarta: Dae Ompu.
0 Komentar