Teluk Ekas, kian mencuri perhatian Investor. Selama ini di benak banyak orang (lombok), Teluk Ekas identik dengan tempat usaha budidaya rumput laut. Selain Ekas dan Seriwe, rumput laut juga tersebar di berbagai perairan NTB seperti di Gerupuk Loteng, Pengantap Lobar, Kertasari KSB, Teluk Saleh ( Sumbawa - Dompu ), Lunyuk hingga Teluk Woworada Bima.
Presiden RI, Bapak Ir. H. Joko Widodo sedianya di rencanakan hadir di Teluk Ekas pada Kamis 29 Februari 2024, Namun karena ada kesibukan lain berwakil ke Menko Bidang Maritim dan investasi - Bapak Jenderal Luhut Binsar Panjaitan. Didampingi Menteri kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, pejabat BRIN, Dubes India, Dubes UEA, CEO PT Sea6 Energy dan lain-lain kumpul di pesisir Teluk Ekas.
Saya dan rombongan terbatas, berkesempatan mendampingi Menko Marvest meninjau lokasi budidaya rumput laut PT Sea6 Energy di tengah perairan Teluk Ekas menjorok ke laut bebas. Berjarak hampir 2 km dari bibir pantai. Menggunakan Kapal Polairud Polda NTB yang dalam waktu 15 menit pelayaran sampai dilokasi budidaya rumput laut. Areal yang dekat pantai di gunakan oleh masyarakat.
Kehadiran Menko Marvest kali ini dalam rangka mendukung Investasi rumput laut skala besar dengan mekanisasi dan hilirisasinya di Teluk Ekas. Teluk Ekas yang luasnya 5000 hektar, ke depan akan menjadi episentrum blue ekonomi baru dengan hadirnya investor PT Sea6 Energy dari India. PT Sea6 Energy akan memanfaatkan 100 hektar perairan Teluk Ekas. Selebihnya di manfaatkan masyarakat.
Berdasarkan Perda Provinsi NTB nomor 12 tahun 2017 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil ( RZWP3K ) telah dialokasikan ruang perairan laut bagi pengembangan blue economi yaitu di perairan selatan Lombok Timur dan Lombok Tengah untuk pengembangan perikanan budidaya, perikanan tangkap dan pengembangan wisata bahari.
Pengembangan blue ekonomi di Teluk Ekas berupa budidaya rumput laut dan budidaya lobster sudah berjalan cukup lama. Tahun 2017 lembaga pangan internasional ( FAO ) telah menginisiasi pengembangan blue ekonomi tersebut melalui kerjasama dengan IPB dan Unram.
Rumput laut dan lobster menjadi icon utama dalam pengembangan blue economi di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Budidaya rumput laut dinilai cocok bagi usaha pemberdayaan masyarakat karena investasinya tidak terlalu mahal. Tekhnologinya sederhana serta masa produksinya yang pendek yaitu 45 hari sudah bisa panen. Menko Marvest, meminta agar BRIN melakukan riset rumput laut bisa dipanen diusia 30 hari dengan kualitas yang baik.
Permasalahan utama dalam usaha budidaya rumput laut adalah kurang tersedianya bibit yg berkualitas. Saat ini pembudidaya rumput laut NTB masih mengandalkan bibit rumput laut jenis Euchema Cottoni hasil kultur jaringan yg ada di balai budidaya laut Lombok di Sekotong NTB sebagai bibit sumber utamanya.
Secara kuantitas jumlah ketersediaan bibit berkualitas masih sangat rendah dengan tingkat sebaran yang terbatas. Menyikapi kelangkaan bibit rumput laut, ke depan upaya pengembangan kebun bibit rumput laut secara intensif yang tersebar pada beberapa lokasi sentra kegiatan usaha budidaya harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan.
Masyarakat Teluk Ekas tentu akan sangat diuntungkan dan berkepentingan dengan kehadiran industri rumput laut ini apalagi PT Sea6 Energy tidak menggunakan rumput laut kering. Yang di gunakan adalah rumput laut basah. Begitu panen langsung di olah. Jadi biaya penjemuran berkurang. Ini sangat menguntungkan pembudidaya rumput laut. Semua produksi rumput laut NTB akan diserap PT. Sea6 Energy.
PT. Sea6 Energy bergerak dibidang hulu hilir rumput laut. PT Sea6 Energy membudidayakan rumput laut skala besar serta mengolah rumput laut segar menjadi produk olahan baru seperti biostimulant, bioplastik, tepung rumput laut untuk produk turunan yag digunakan di sektor farmasi, agri dan food grade disamping sebagai bahan yang bisa diproses sebagai biofuel.
Di sektor hulu budidaya rumput laut, PT Sea6 Energy mulai uji coba di Teluk Ekas sejak agustus 2022, untuk memperoleh data 1 tahun (1siklus laut). Hasil test bagus sehingga diputuskan untuk memulai project 100 hektar budidaya rumput laut di teluk ekas. Untuk budidaya 100 hektar diperlukan 80 - 100 tenaga kerja. Produksi per tahun sekitar 15.000 ton per tahun.
Dukungan yang sangat besar dari Kementrian Marves dan pemerintah daerah, project budidaya rumput laut diinisiasi dan dimulai sejak Bulan September 2023. Ditandai dengan dikeluarkannya perizinan pemanfaatan ruang laut (KKPRL).
Bentuk dukungan ke masyarakat sekitar, PT Sea6 Energy berkolaborasi dengan 10 petani lokal dengan sistem satelite farm. Petani dibantu bibit dan tali untuk budidaya. Pemberdayaan ibu-ibu pengikat bibit dengan cara memperkenalkan mesin pengikat rumput laut diajarkan ke ibu-ibu pengikat rumput laut manual, agar bisa menambah jumlah pengikatan bibit yg akan meningkatkan pendapatan mereka.
Di sektor hilir, industri pengolahan rumput laut merupakan industri pengolahan rumput laut modern dengan konsep zero chemical - zero waste. Tidak menggunakan bahan kimia. Karena bahan baku yang di gunakan adalah rumput laut segar. Semua dapat terproses dengan baik tanpa menghasilkan limbah berbahaya.
Sumber bahan baku pabrik diperoleh dari produksi pembudidaya di sekitar Teluk Ekas sampai ke Pulau Sumbawa. Petani rumput laut dapat langsung menjual hasil panen tanpa perlu menjemur lagi.
Pabrik pengolahan di Teluk Ekas sudah mulai dibangun. Diharapkan akhir tahun 2024 sudah bisa beroperasi. Dengan adanya kegiatan hulu hilir di Teluk Ekas, diharapkan dapat meningkatkan roda ekonomi masyarakat. Pemberdayaan dan peningkatan skill individu masyarakat dengan cara menambah lapangan kerja.
Saat ini hasil olahan PT Sea6 Energy dikirim ke India untuk diproses pembuatan produk finalnya. Produk final ( pupuk biostulant ) sudah dipasarkan di 22 negara termasuk Indonesia. Di Teluk Ekas direncanakan membuat produk final. Dengan sumber bahan baku dari seluruh NTB.
Pemprov NTB dan Pemkab Lotim tentu harus kolaborasi mendukung suksesnya pengembangan Proyek Strategis Nasional ini. Dari sisi penyedian ruang laut alhamdulillah sudah terakomodir masuk ke RZWP3K termasuk dukungan Tata ruang daratnya.
Dukungan infrastruktur jalan menuju kawasan industri, penataan pesisir agar tidak terjadi tumpang tindih pemanfaat ruang darat dan pergesekan dengan masyarakat termasuk penataan kampung nelayan modern dengan terpenuhinya sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat sekaligus untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata berbasis maritim.
0 Komentar