Oleh: Prof. DR.H Maimun Zubair, M.Pd
Keadilan cinta merupakan konsep yang menggabungkan elemen keadilan dan kasih sayang yang melahirkan tindakan adil dan seimbang. Dalam konteks ini, keadilan cinta Tuhan mengacu pada kepastian bahwa cinta dan kasih sayang diberikan secara merata dan adil, tanpa diskriminasi atau perlakuan istimewa. Dan membaca keadilan cinta dalam konteks hubungan Tuhan dengan makhluk termasuk manusia adalah upaya kita secara konsisten untuk memahami bagaimana keseimbangan antara kasih sayang dan keadilan Tuhan berinteraksi.
BILA kita membaca secara cermat terhadap segala keputusan Tuhan yang berlaku untuk makhluk-Nya, maka kita sungguh akan menemukan betapa keadilan cinta dari Tuhan itu benar-benar terjadi, baik dari sisi penciptaan, pemeliharaan, pelestarian, maupun perlakuan terhadap semesta raya dan isinya.
Dari sisi penciptaan misalnya, keadilan cinta Tuhan itu begitu nyata, bahwa Tuhan menciptakan makhluk dengan kelemahan, kekuatan, dan kelebihan yang pada masing-masing ciptaan itu benar-benar terstandar, artinya potensi itu ada dalam kapasitas dan komposisi yang adil.
Contoh, Jika pada ciptaan-Nya ada yang memilki kelebihan pada potensi tertentu, maka pasti dia memiliki kelemahan pada potensi yang lain, sebaliknya jika memiliki kelemahan pada potensi tertentu, maka dia pasti memiliki kekuatan atau kelebihan pada potensi yang lain .
Dulu, sebelum ditemukan teori Multiple intelligence yang merupakan teori kecerdasan majemuk yang digagas oleh Howard Gardner, di mana teori ini memandang adanya keragaman kemampuan belajar yang dapat dimaksimalkan dengan menggunakan bagian kecerdasan yang kuat untuk membantu bagian kecerdasan yang lemah.
Sebelum mendengar teori ini, kita sering menganggap bahwa Tuhan tidak adil dalam penciptaan manusia dari sisi kecerdasan IQ, karena ada yang memiliki kecerdasan tinggi, menengah, dan rendah, namun setelah penemuan teori Multiple intelligence, di mana selain kecerdasan IQ terdapat pula kecerdasan yang lain, tekuaklah betapa Tuhan itu memiliki keadilan cinta yang sangat tinggi.
Kesempurnaan cinta Tuhan terkait kecerdasan itu akan menemukan titik temunya setelah kita memahami bahwa kecerdasan IQ hanya salah satu dari sekian macam kecerdasan didalam diri manusia, dan keadilan cinta Tuhan itu akan tersadari keberadaannya manakala ada kolaborasi entah dalam wujud diskusi, kerja sama, atau pun perkawinan sebagai wahana bagi kesempurnaan keberadaan kecerdasan majmuk.
Kemudian keadilan cinta Tuhan juga dapat kita rasakan dalam perlakuan-Nya terhadap alam atau jagat raya. Kalau di daratan ada jalan yang bergelombang, ada gunung indah yang menjulang, ada pemandangan alam yang begitu memesona, seakan-akan keindahan itu hanya Tuhan taruh dan titip di atas daratan.
Ternyata setelah teknologi mampu menerbangkan kita ke atas angkasa, barulah kita sadar tentang keadilan cinta Tuhan, bahwa di udara pun terjadi pula perjalanan yang tidak semulus yang kita bayangkan, pesawat terbang yang mengawang di udara akan mengalami getaran dan turbulen seperti yang dialami oleh perjalanan didarat manakala pesawat terbang mendapatkan udara yang mendung dan berawan.
Pemandangan indah seperti di daratan juga Tuhan siapkan dalam bentuk awan yang indah bagaikan pemandanghan alam yang begitu menakjubkan, panorama indah di atas udara tak kalah memesonanya dari pemandangan di daratan yang terbentuk dari perpaduan cahaya matahari dan partikel pada awan.
Di lautan pun juga demikian, ada ombak yang mengguncang bahtera, yang mengakibatkan perjalanan laut berguncang sama seperti perjalanan di darat dan udara, ada batu karang yang Tuhan ciptakan begitu indah memukau yang berada di dasar lautan, ada ikan hias serta hewan laut lainnya yang begitu memesona, yang tak kalah menariknya dari keindahan yang Tuhan celupkan di daratan dan di udara sebagai wujud keadilan cinta-Nya.
Selanjutnya keadilan cinta Tuhan dapat kita lihat tatkala memberi balasan kepada makhluk-Nya. Bahwa siapa saja yang berjuang secara maksimal dalam mencari dan mendapatkan capaian apapun dalam hidupnya, maka Tuhan akan memberikan keadilan cinta-Nya berupa capaian yang sesuai dengan kekuatan ikhtiar dan kemampuan untuk mengemban amanah capaian itu.
Pepatah lama penting untuk kita renungkan, bahwa "hasil tidak mendustai proses", yang menyiratkan bahwa hasil yang diperoleh merupakan cerminan dari usaha, kerja keras, dan ketekunan yang telah dilakukan dalam proses ikhtiar. Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah menyerah biasanya akan meraih hasil yang lebih baik daripada yang hanya mengandalkan keberuntungan atau jalan pintas.
Proses itu mengajarkan banyak hal yang mungkin tidak terlihat pada hasil akhirnya, namun pembelajaran, pengalaman, dan keterampilan baru dapat membentuk dan menguatkan kita menjadi lebih tangguh dan bijaksana.
Keseimbangan antara proses (ikhtiar) dan potensi yang kita miliki dengan capaian yang kita raih adalah bagian dari adanya keadilan cinta Tuhan yang memberikan kita banyak pelajaran dan pengalaman berharga. Jadi hasil yang baik akan datang sebagai buah dari kualitas perjalanan yang kita ikhtiari. Artinya keadilan cinta Tuhan akan mengantarkan kita untuk memahami bahwa bukan hanya tentang bagaimana mencapai tujuan akhir, akan tetapi juga tentang bagaimana menjadi siapa diri kita selama perjalanan yang kita lalui.
Itulah beberapa gambaran bagaimana keadilan cinta Tuhan yang selama ini jarang kita refleksikan dalam kesadaran spiritual, kalau kita runut lebih jauh dan lebih dalam, kita pasti akan menemukan ribuan bahkan miliaran bukti keadilan cinta Tuhan, termasuk bagaimana keadilan dalam memberi sentuhan terhadap alam dalam pergantian siang dan malam dengan pengaturan suhu yang sangat ramah dan berkeadilan, terutama terhadap kondisi makhluk dan pergerakan semesta raya.
Maka dalam menyikapi dan membaca keadilan cinta Tuhan ini penting untuk kita renungkan ayat-ayat Tuhan baik yang tertulis maupun yang kauniah. ”Wa min âyâtihî manâmukum bil-laili wan-nahâri wabtighâ'ukum min fadllih, inna fî dzâlika la'âyâtil liqaumiy yasma‘ûn”. Di antara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Tuhan—baca: keadilan cinta-Nya) bagi kaum yang mendengarkan (QS. Ar Rum ayat 23).
Pada akhirnya kita harus menyadari sekaligus memahami dengan sepenuh hati bahwa keadilan cinta—apalagi cintanya Tuhan seperti melemparkan benda ke suatu tempat, cinta bukan batu kerikil yang bisa dilempar ke sembarang tempat, namun ia bagai permata yang hanya akan dilempar ke tempat yang terpilih. Maka jadilah hamba-Nya yang terpilih untuk mendapatkan kadilan cinta Tuhan.
Penulis: Adalah Wakil Rektor II UIN Mataram
0 Komentar