Ngopinya Kurang Jauh Oleh : Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd

 


Filosofi "ngopinya kurang jauh" adalah sebuah ungkapan metaforis yang menggambarkan keterbatasan dalam pengalaman, pergaulan, wawasan, atau pandangan hidup seseorang. Ini merujuk pada orang yang cenderung berada dalam zona nyaman, hanya mengeksplorasi lingkungan atau ide-ide yang sudah familiar, dan kurang membuka diri terhadap hal-hal baru. Filosofi ini menyoroti pentingnya mengeksplorasi dunia yang lebih luas untuk memperkaya pemahaman dan perspektif. 

"Ngopinya kurang jauh" mencerminkan bahwa kita mungkin memiliki pandangan hidup yang sempit karena keterbatasan dalam interaksi dengan berbagai budaya, ide, atau pengalaman yang berbeda. Hal ini dapat membuat kita akan lebih sulit untuk memahami atau menerima perspektif yang berbeda.

Kita yang cenderung hanya berkutat dalam lingkungan di sekitar kita saja, maka cenderung akan terjebak dalam kebiasaan dan pola pikir yang tidak berkembang. Ini dapat menghalangi kita untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi dan intelektual, karena kurangnya pengalaman terhadap keragaman, juga memungkinkan kurang empati terhadap orang lain yang memiliki pandangan atau pengalaman yang berbeda. Hal ini bisa membuat kita lebih rentan terhadap stereotip atau prasangka.

Filosofi ”ngopinya kurang jauh” mengingatkan kita bahwa untuk tumbuh dan berkembang, penting untuk keluar dari zona nyaman dan mengeksplorasi dunia yang lebih luas. Dengan "ngopi lebih jauh," kita bisa belajar hal-hal baru, bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, dan membuka diri terhadap ide-ide yang mungkin belum pernah kita pertimbangkan sebelumnya.

Dengan berani "ngopi lebih jauh," kita dapat memperkaya kehidupan kita dengan pengalaman dan perspektif baru, yang dapat memperdalam pemahaman kita tentang dunia dan membantu kita menjadi individu yang lebih bijaksana dan berwawasan luas.

Bagi pemimpin atau calon pemimpin, "ngopi lebih jauh" adalah simbol dari pergaulan yang luas dan terbuka, serta pentingnya memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang keragaman. Ini memungkinkan untuk dapat membuat keputusan yang lebih inklusif dan adil, serta lebih efektif dalam mengelola tim atau organisasi. Dengan memperluas wawasan melalui simbol "ngopi lebih jauh," pemimpin atau calon pemimpin dan siapa saja secara umum dapat membuat keputusan yang lebih tepat berdasarkan pemahaman yang komprehensif tentang situasi yang kompleks.

Memiliki pengalaman yang beragam dan bersedia terbuka terhadap pandangan yang berbeda adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan pribadi, intelektual, dan sosial. Dengan mengalami berbagai situasi dan berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, kita dapat melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas. Ini membantu kita untuk memahami bahwa tidak ada cara tunggal untuk melihat atau menyelesaikan masalah.

Pengalaman yang beragam memicu pemikiran kreatif dan inovatif. Ketika kita terbiasa dengan beragam ide dan perspektif, kita lebih mampu menggabungkan elemen-elemen berbeda menjadi solusi yang unik dan efektif.

Menyikapi hidup dari sudut pandang yang berbeda akan meningkatkan kemampuan kita untuk merasakan dan memahami perasaan serta kebutuhan orang lain. Empati ini penting dalam membangun hubungan yang harmonis dan saling menghargai. Ketika kita terbuka terhadap pandangan yang berbeda, kita lebih mungkin untuk mengurangi stereotip dan prasangka yang mungkin kita miliki, sehingga kita bisa menilai orang berdasarkan siapa mereka sebenarnya, bukan berdasarkan asumsi kita.

Terbuka terhadap berbagai pandangan membuat kita lebih fleksibel dalam berpikir dan lebih siap menghadapi perubahan atau tantangan yang tidak terduga. Berinteraksi dengan berbagai kelompok memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan lingkungan yang beragam, baik dalam kehidupan sosial, akademik, maupun profesional.

Jadi filosofi "ngopinya kurang jauh" mengingatkan kita akan pentingnya menjelajahi dunia yang lebih luas, baik secara fisik, intelektual, maupun emosional, untuk menjadi individu yang lebih matang, bijaksana, dan adaptif. Ini adalah ajakan untuk terus belajar, tumbuh, dan memperkaya hidup dengan berbagai pengalaman dan perspektif yang berbeda.

Bagi para pemimpin atau calon pemimpin, memperluas "area ngopi" atau menjelajahi pengalaman di luar lingkungan yang biasa dikenal adalah langkah penting untuk mengembangkan wawasan, kemampuan, dan ketajaman dalam memimpin. 


Dengan berinteraksi dalam berbagai kelompok dan memahami beragam cara pandang, pemimpin atau calon pemimpin dapat mengembangkan kemampuan untuk melihat isu dari berbagai sudut pandang, yang sangat penting dalam pengambilan keputusan strategis.

Berada di lingkungan yang berbeda sangat membantu untuk mengenali peluang yang mungkin tidak terlihat di zona nyaman. Dengan pengalaman yang beragam, akan menjadikan kita lebih terbiasa menghadapi situasi yang tidak menentu dan beragam tantangan, sehingga lebih siap untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengambil keputusan di tengah ketidakpastian.

Pemimpin atau calon pemimpin yang terbiasa berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang akan lebih mampu memahami kebutuhan dan kekhawatiran orang lain, yang merupakan inti dari kepemimpinan yang efektif. Menghadapi audiens yang beragam mengajarkan kita cara berkomunikasi dengan cara yang paling efektif sesuai dengan konteks dan audiens.

Memperluas area ngopi berarti memperluas jaringan dengan berbagai profesi dari latar belakang yang berbeda, yang dapat menjadi sumber ide, dukungan, dan kolaborasi di masa depan. Di era globalisasi, memiliki wawasan dan jaringan yang luas menjadi aset penting, yang memungkinkan kita untuk berpikir dan bertindak di panggung global.

Dengan memperluas area "ngopi," kita tidak hanya memperkaya hidup dengan pengalaman dan pengetahuan, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk menjadi visioner, tangguh, dan responsif terhadap kebutuhan dunia yang terus berkembang. 

Perhatikan petunjuk yang cukup indah didalam al-qur’an, ”Huwal-lażī ja‘ala lakumul-arḍa żalūlan famsyū fī manākibihā wa kulū mir rizqihī, wa ilaihin-nusyūru”. 

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk ayat 15).

Penulis: Adalah Wakil Rektor II UIN Mataram


0 Komentar