TITIP RINDU KEPADA NABI MUHAMMAD SAW Oleh : Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd


Salam sejahtera tercurah atasmu wahai kekasih Tuhan, yang namanya terukir dalam hati kami, meski raga tak pernah bertemu. Kami adalah hamba yang jauh darimu secara fisik, namun hati kami selalu merindukanmu. Kami tidak pernah melihat wajahmu, tidak pernah mendengar suaramu, dan tidak pernah menyentuh bekas tepak kakimu pada tanah yang pernah kau pijak. Namun kami beriman kepadamu wahai Rasulullah, dan mengagumimu melebihi apa pun yang dapat dilihat oleh mata.

Setiap kali kami mendengar namamu disebut, hati kami terasa luluh, seolah tersentuh oleh cinta yang telah engkau sampaikan berabad-abad yang lalu. Kisah-kisah tentang perjuanganmu, kelembutanmu, kesabaranmu, dan kasih sayangmu kepada umat ini selalu menghiasi pikiran kami. Sungguh, kami berusaha mencintaimu dengan segala kekurangan kami, sebagaimana engkau mencintai umatmu dengan sepenuh jiwamu.

Kami merindukan kesempatan untuk berada di masamu, untuk menyaksikan akhlakmu yang mulia secara langsung, untuk mendengar ayat-ayat Tuhan melalui lisanmu. Namun kami tahu bahwa waktu itu telah berlalu, dan kami adalah bagian dari umatmu yang engkau rindukan meski tak pernah kau temui. Engkau telah berkata dalam suatu kesempatan, "Berbahagialah orang-orang yang tidak pernah melihatku, namun beriman kepadaku." Inilah yang menjadi penghibur kami, bahwa engkau menyebut kami sebagai saudaramu, mereka yang datang setelahmu dengan hati penuh cinta dan iman.

Kami sering merasa tak layak untuk mencintaimu wahai Rasulullah, karena betapa jauhnya kami dari akhlak dan teladan yang engkau tunjukkan. Namun, kami tetap ingin berada di barisan umatmu yang mendapatkan syafaatmu kelak. Kami ingin berada dekat denganmu di surga, bersama para sahabat yang telah mengabdikan hidupnya untukmu.

Kami selalu berdoa kepada Tuhan agar senantiasa menanamkan cinta yang tulus kepadamu di dalam hati kami, agar kami bisa mengikuti jejak langkahmu dalam setiap aspek kehidupan ini. Semoga kami dapat terus menghidupkan ajaranmu dalam keseharian hidup kami, walau kami tak pernah bertemu denganmu di dunia ini. 


Doakan kami, umatmu yang datang setelahmu, agar mampu menghadapi segala tantangan di dunia ini dengan keimanan yang kokoh. Dan semoga kelak, Tuhan pertemukan kita di surga-Nya, agar kerinduan ini akhirnya dapat terobati dengan pertemuan yang abadi.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sungguh, aku sangat merindukan saudara-saudaraku”. Para sahabat yang mendengar ini pun bertanya, "Bukankah kami adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?"  Engkau menjawab, "Kalian adalah sahabat-sahabatku. Sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku meskipun tidak pernah melihatku." (HR. Muslim)

Hadis ini sangat menyentuh karena Rasulullah menyebut kami, umat yang tidak pernah bertemu dengannya, sebagai ”saudara” yang sangat dirindukan. Beliau mengakui iman dan cinta kami yang tetap teguh meski hanya mengenal beliau melalui wahyu, sunnah, dan sejarah yang ditinggalkan oleh para sahabat.

Kerinduan kami kepada Rasulullah adalah sebuah tanda cinta yang luar biasa, dan kerinduan beliau kepada umat yang datang setelahnya adalah tanda bahwa beliau mencintai kita, mendoakan kita, dan merindukan kita meski beliau telah wafat berabad-abad yang lalu. Sungguh, ini menjadi penghibur bagi kita semua yang mendambakan untuk bisa bertemu dengan Nabi SAW kelak di hari akhir dan mendapatkan syafaat darinya. 

Subhanallah, betapa indahnya rasa rindu ini. Meskipun kami tidak pernah bersua dengan Rasulullah SAW, hati ini seolah-olah terikat erat dengan cinta kepadanya. Terlebih lagi di momen istimewa seperti ”Maulid Nabi”, saat kelahiran Rasulullah SAW diperingati, rindu itu semakin menggebu. Hati kami seolah diselimuti oleh kerinduan yang mendalam, memanggil-manggil nama beliau dalam setiap zikir dan selawat yang kami lantunkan.


Maulid Nabi bukan hanya sebuah peringatan, melainkan kesempatan untuk merenungi perjuangan dan pengorbanan beliau demi menyelamatkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya iman. Di saat maulid, rasanya cinta kami semakin mendalam, seakan kami berada lebih dekat dengan sosok mulia yang selalu memikirkan dan mencintai umatnya.

Rasulullah SAW tidak pernah melihat kami, tetapi cintanya kepada umat ini begitu tulus dan tak terhingga. Beliau mendoakan, mengkhawatirkan, dan menantikan pertemuan di hari akhir kelak. Dalam banyak riwayat, beliau sering berdoa untuk umatnya, bahkan di saat-saat terakhir hidupnya, kalimat yang terucap dari lisannya adalah "Umatku, umatku."

Ketika kita mengingat Maulid Nabi, kita tidak hanya mengenang kelahirannya, tetapi juga menghidupkan sunnah-sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap momen adalah pengingat untuk meneladani akhlak mulia beliau, kasih sayang, kesabaran, dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan setiap doa dan selawat yang kita kirimkan, kita merasakan bahwa cinta dan rindu itu semakin kuat.

Ya Rasulullah, meskipun kami hidup jauh dari zamanmu, hati kami selalu dekat denganmu. Kami berusaha menjalani hidup dengan mengingat dan meneladani ajaran-ajaranmu. Kami berharap, di hari kebangkitan nanti, engkau mengenali kami sebagai umat yang merindukanmu dengan tulus. ”Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.

Penulis: Adalah Wakil Rektor II UIN Mataram


0 Komentar