Pilkada Bima, Adi–Irfan Hadir Untuk Kembalikan Martabat “Masyarakat Mbojo” dari Nista dan Tak Beretika


Pepatah mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, Manusia mati meninggalkan nama.” Tentunya nama baik dengan segala benih kebaikan sebagai makhluk berakal budi, yang melahirkan etika dan adab yang melekat di badan.

BidikNews.net,Bima - Bagi masyarakat diwilayah administrasi Kabupaten Bima, martabat dan nilai utama sejak dulu hidup subur dalam nilai dasar, agama, dan kebudayaan luhur bangsa yang dimanifestasikan dalam ideology Pancasila. 

Ketiganya menjadi patokan berperilaku yang penting dan bermakna agar masyarakat dan daerah Kabupaten Bima selalu berada di jalan benar, baik, dan pantas. Sebaliknya tidak terjerumus pada jalan salah, buruk, dan tidak patut.

Hal tersebut dijelaskan tokoh masyarakat Bima, Yusuf H. Ismail akrab disapa Ompu Naru karena pernah menjabat sebagai Kepala Desa Naru Kecamatan Woha Kabupaten Bima

Namun nilai-nilai luhur itu kata Yusuf H.Ismail alias Ompu Naru itu sering rusak dan menjadi dangkal oleh ulah segelintir orang karena pesona dunia. Godaan materi, tahta kekuasaan, dan nafsu sering menjerumuskan pada perbuatan salah, buruk, dan tidak beretika.” Katanya.

Perbuatan-perbuatan nista itu sering dibungkus dengan segala argumen, instrumen, dan siasat yang piawai sehingga yang tampak di permuakaan ialah pesona luar biasa layaknya fatamorgana” kata Yusuf lagi.

Hal itulah yang memantik nurani Adi Mahyudi dan H. Irfan hadir sebagai Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Bima untuk mengembalikan Harkat dan Martabat Masyarakat dan Daerah kabupaten Bima dari perbuatan Nista dan tak beretika.” Tutur Ompu Naru.

Bagi Ady Mahyudi dan Irfan sendiri kata Yusuf lagi tentu, memandang Martabat manusia melekat dengan eksistensi dirinya sebagai insan ciptaan Tuhan yang berakal budi. 

Makhluk yang memiliki hati, rasa, dan rasio untuk menimbang segala hal dalam hidup dan kehidupannya ditengah masyarakat.”katanya.

Dalam pemahaman Ady mahyudi dan H.Irfan kata Yusuf, masyarakat Mbojo sejatinya memiliki martabat diri, yakni harkat dan martabat yang selalu menjunjung tinggi kebenaran, kebaikan, dan kepatutan hidup di atas nilai-nilai utama.” ujar Yusuf.

Ia juga menjelaskan bahwa Ady Mahyudi dan Irfan juga merasakan bahwa meski digdaya dalam segala pesona duniawi, warga masyarakat di kabupaten Bima tak ingin kehilangan makna akan martabat diri.

Karena itu kata Yusuf Ismail, Ady Mahyudi dan Irfan hadir di pilkada Bupati Bima untuk mengajak seluruh elemen masyarakat Bima untuk menjadi pengatrol dan pengendali sistem berperilaku. 

Prinsip tersebut menegaskan bahwa daerah harus diperintah oleh aturan dan tidak oleh keputusan-keputusan subjektif para penguasa atau pejabat pemerintahan di daerah.” Katanya.

Ady Mahyudi dan Dr.H Irfan tentu tak ingin para penguasa atau pejabat daerah melakukan pelanggaran yang berakibat terjadinya penyimpangan seperti korupsi atau penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. 

Jika itu terjadi maka aturan dan norma hukum dan semua sistem diakali dan diporakporandakan demi kepentingan penguasa yang sarat hasrat ambisius. Sebaik dan secanggih apapun sistem, akhirnya bergantung penguasa dan pejabatnya yang bertindak sebagai aktor.”ujar Yusuf lagi.

Karena itu, Ady mahyudi bersama H.Irfan hadiri sebagai calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Bima sebagai perawat yang menyembuhkan sistim –sistim yang telah rusak oleh kepentingan segelintir penguasa dan pejabat pemerintahan dikabupaten Bima,” tegas Yusuf.


Meski demikina Ady-Irfan juga menyadari bahwa manusia pada dasarnya baik, Tetapi elemen buruk yang bernama hawa nafsu sering membuat manusia lupa diri. Bahkan tenggelam dalam segala hasrat yang ambisius yang menjadikan dirinya serakah sekaligus sesat jalan. 

Sistem kehidupan dikorbankan demi meraih kekuasaan, uang, dan segala pesona duniawi yang membuat mata dan hatinya buta dan tuli.” Kata Yusuf dengan nada puitis.

Kondisi seperti itu pada akhirnya, manusia menjadi rakus dunia dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan segala ambisi hidupnya yang tak berkesudahan.” Terang Yusuf

Kondisi demikian memantik nurani Para tokoh dan para orang tua, tokoh agama dan masyarakat Bima umumnya senantiasa mengingatkan bahwa suasana dalam politik, hanyalah nisbi dan tidak abadi. 

Yusuf juga menjelaskan bahwa politik seperti pemilihan Kepala Daerah disebutnya sebagai sistuasi yang  serba penuh permainan yang mesti disikapi kewaspadaan tinggi dengan nilai luhur dan kekayaan akal budi.

Menyikapi hal itu tentu masyarakat kabupaten Bima akan lebih menyadari bahwa segala aktivitas hidup haruslah mengedepankan martabat, dengan cara yang halal dan baik. Junjung tinggi etika dan nilai utama kehidupan.

Yusuf menyebutkan, masyarakat Bima pada umumnya berharap agar dalam pilkada Bupati Bima nanti agar tidak diraih dengan curang dan segala muslihat, yang pada gilirannya hanya akan menjadi beban diri dalam dosa dan pertanggungjawaban yang sangat berat di dunia hingga hari akhir.” Katanya mengingatkan.

Seluruh elemen masyarakat Bima pun menyadari bahwa tidak ada yang berkah untuk nasib manusia atau kelompok yang menghalalkan segala cara dalam meraih tujuan dengan cara yang curang karena natinya akan terus dikejar dosa dan beban berat tak berkesudahan.

meski bermahkotakan kuasa yang tampak gagah perkasa didunia, tapi sejatinya di akhirat akan dijerat hisab dan siksa Tuhan yang sangat pedih dan mengerikan.” Tutup Yusuf alias Ompu Naru.

Pewarta: TIM



0 Komentar