Hikmah Jum`at, 24 Januari 2025
ADA satu kisah menarik dari kawanan Monyet dan Babon yang merayakan kebebasan tatkala mendengar kabar bahwa petani jagung telah meninggal dunia. Saat monyet dan babon mendengar bahwa petani yang selama ini mengejarnya telah meninggal dunia, monyet dan babon merayakannya dengan sangat gembira dan suka cita, mereka merasa bahagia bahwa petani yang selama ini menghalanginya untuk memakan jagung, kini telah tiada, artinya mereka akan bebas memakan jagung sepuasnya.
Namun tahun berikutnya ternyata tidak ada jagung yang akan disantap oleh monyet dan babon, maka mulailah mereka semua merasa sedih. Dan saat itu mereke baru menyadari dengan pahit, bahwa petani yang selama ini dianggap sebagai musuh, sebenarnya dialah yang menanam makanan untuk mereka.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki kontribusi yang tidak selalu langsung terlihat, sering kali kita tidak menyadari pentingnya kehadiran seseorang sampai mereka tiada. Juga mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru menilai seseorang berdasarkan perasaan sesaat.
Bagi monyet dan babon, kematian petani ini mungkin terasa seperti akhir dari ancaman terhadap kebebasan mereka untuk merampok hasil ladang, seperti jagung atau umbi-umbian lainnya. Namun, di balik perayaan mereka, tersembunyi ketidaksadaran bahwa hilangnya sang petani berarti hilangnya penopang kehidupan mereka.
Ketika petani tiada, monyet dan babon mungkin merasa mereka mendapatkan kebebasan untuk mengambil alih ladang-ladang tanpa gangguan. Namun, mereka tidak menyadari bahwa keberadaan ladang tersebut adalah hasil dari upaya sang petani yang terus-menerus merawat dan menanami ladang tersebut, tanpa petani ladang itu perlahan akan kehilangan fungsinya, tanaman tidak lagi tumbuh, dan sumber makanan mereka tentunya hilang.
Sama seperti manusia yang hidup dalam komunitas saling bergantung, monyet dan babon sebenarnya adalah bagian dari ekosistem yang lebih luas. Kematian petani bukan hanya kehilangan bagi keluarganya petani, tetapi juga kehilangan bagi seluruh sistem yang terhubung dengannya.
Maka penting untuk memahami relasi atau hubungan, Petani meskipun terlihat sebagai ancaman bagi monyet dan babon, sebenarnya adalah bagian integral dari keberlangsungan hidup mereka. Hal ini mencerminkan pelajaran yang lebih besar tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam komunitas sosial dan ekosistem secara luas. Ketika salah satu elemen dari ekosistem terganggu, dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak.
Jadi kisah monyet dan babon yang "merayakan" kematian petani adalah gambaran ironis dari ketidaksadaran akan pentingnya peran masing-masing dalam kehidupan di bumi. Di balik perayaan itu, ada pelajaran bagi kita semua untuk lebih menghargai setiap elemen yang membentuk kehidupan ini.
Seringkali, dalam perjalanan hidup ini, kita menemukan situasi yang secara tidak sadar mencerminkan kisah monyet dan babon yang "merayakan" kematian petani. Situasi ini terjadi ketika kita merasa terbebas dari sesuatu yang tampaknya membatasi atau menghambat kebebasan kita, tetapi ternyata yang kita anggap sebagai penghalang, justru adalah pilar penting yang menopang kehidupan kita secara keseluruhan.
Dalam kehidupan sehari-hari, aturan, batasan, atau norma sosial sering kali terasa seperti beban. Misalnya, seorang siswa mungkin merasa lega ketika seorang guru yang tegas, tiba-tiba pensiun atau berhenti mengajar. Guru tersebut dianggap terlalu keras atau terlalu membatasi kebebasan. Namun, setelah kepergiannya, siswa mulai merasakan dampaknya. Ketegasan guru yang dulu dianggap menjengkelkan ternyata adalah bentuk perhatian yang membantu mereka memahami makna disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras. Ketika guru itu tiada, "kebebasan" yang dirayakan berubah menjadi kekacauan, ketidakdisiplinan, dan hilangnya tuntunan.
Atau pengalaman dalam hubungan kita dengan orang-orang terdekat, seperti orang tua atau pasangan. Saat mereka hidup, kita mungkin merasa bahwa perhatian mereka kadang terlalu berlebihan atau bahkan menghalangi keinginan kita. Kita mungkin merindukan kebebasan untuk menjalani hidup tanpa nasihat atau kritik. Namun, ketika mereka pergi, kita mulai menyadari bahwa perhatian yang dulu terasa mengganggu adalah bukti cinta yang menjaga kita tetap berada di jalur yang benar. Kehilangan mereka adalah kehilangan perlindungan dan kehilangan kompas yang menuntun emosional kita.
Juga dalam organisasi atau komunitas, pemimpin yang tegas dan visioner sering dianggap sebagai ancaman terhadap kenyamanan. Saat pemimpin itu lengser atau digantikan, ada rasa lega karena tekanan akan berkurang. Namun, perlahan, kita menyadari bahwa visi mereka, meskipun sulit diterima, sebenarnya membawa manfaat yang lebih besar. Tanpa mereka, organisasi akan kehilangan arah, dan tantangan yang lebih besar mulai muncul.
Penting kita sadari bahwa ketidakhadiran seseorang sering kali menjadi guru terbaik yang mengajarkan kita tentang pentingnya kehadiran mereka. Melalui kehilangan, kita belajar menghargai hal-hal kecil yang selama ini tampak biasa.
Kisah di atas juga mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan, semua saling terkait dan saling membutuhkan. Jangan cepat menilai seseorang sebagai musuh sebelum memahami peran mereka dalam kehidupan kita. Hargai kehadiran orang lain sebelum kehilangan mereka, dan teruslah berbuat kebaikan meskipun tidak langsung dihargai.
Dari sisi lain, juga menginspirasi kita untuk terus berkontribusi tanpa mengharapkan pujian. Kontribusi sering kali baru dihargai setelah kita tiada. Namun, kebaikan tetaplah kebaikan, meski tidak selalu diakui.
Dalam kehidupan, kita sering melihat seseorang sebagai lawan hanya karena tindakannya tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun, seperti dalam kisah di atas, tindakan tersebut sebenarnya membawa manfaat yang lebih besar. Penyesalan monyet dan babon mengajarkan kita untuk tidak buru-buru menghakimi.
Dalam kehidupan, kita sering menghadapi "petani" yang tampak sebagai musuh atau penghalang. Namun, seperti monyet dan babon, kita perlu menyadari bahwa setiap ujian memiliki hikmah tersendiri. Hikmah ini mengajarkan kita untuk melihat cobaan dengan sudut pandang yang lebih luas.
Sebagai catatan pinggir, bahwa Kisah monyet dan babon mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru merayakan kebebasan dari sesuatu yang tampaknya membatasi. Kita perlu merenungkan lebih mendalam tentang peran dan dampak dari hal-hal yang kita anggap sebagai beban atau ancaman. Terkadang, apa yang terlihat sebagai penghalang adalah penjaga harmoni, keseimbangan, dan keberlanjutan dalam hidup kita.
Hidup mengajarkan bahwa kebebasan sejati bukanlah hilangnya batasan, tetapi kemampuan untuk memahami pentingnya harmoni antara kebebasan dan tanggung jawab. Banyak hal yang selama ini kita anggap remeh, sebenarnya adalah pilar kehidupan yang tidak tergantikan.
”Kutiba ‘alaikumul-qitâlu wa huwa kur-hul lakum, wa ‘asâ an takrahû syai'aw wa huwa khairul lakum, wa ‘asâ an tuḫibbû syai'aw wa huwa syarrul lakum, wallâhu ya‘lamu wa antum lâ ta‘lamûn”.
Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Tuhan mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah ayat 216).
Penulis: Adalah Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
0 Komentar